Sabtu, 28 Maret 2015

Pelajaran yang terkandung di dalam Wayang Kulit


Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
        

          Wayang kulit pernah mengalami masa kejayaan dimasa lampau, bahkan pada masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa, para wali menggunakan cerita dan pertunjukan wayang kulit yang telah disisipi oleh ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah Islam sebagai media penyebaran agama Islam, hal ini dapat terwujud karena cerita-cerita wayang memiliki cerita yang menggambarkan tentang kehidupan manusia yang mengajarkan pada kita untuk menjalani hidup pada jalan yang benar, dimana dalam hal ini agama Islam juga mengajarkan hal yang sama sehingga mudah bagi para wali untuk memasukkan ajaran Islam ke dalam cerita wayang (Winoto, 2006). Metode tersebut terbukti cukup berhasil, karena pada zaman itu, pertunjukan wayang kulit merupakan sarana hiburan bagi rakyat yang dapat merangkul masyarakat luas. Dalam perkembangannya pagelaran wayang kulit mengalami banyak penurunan dalam peminatannya. Penurunan peminatan ini dapat disebabkan oleh ketidaktahuan masayarakat akan jalan cerita dan karakter tokoh-tokoh siapa saja yang berperan dalam cerita pagelaran wayang tersebut. 




            Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji. 

          Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita wayang, baik menurut babon Ramayana atau Mahabharata maupun cerita dalam lakon pedhalangan. Cuplikan cerita hanya merekomendasi sebagian tata nilai dari kompleksitas nilai budaya yang pernah berkembang pada masyarakat Jawa Kuno.
  
           
        Cerita perwayangan bisa dijadikan pendidikan. Karena itu, dapat digunakan sebagai salah satu media dalam upaya untuk mengubah tingkah laku atau sikap seseorang dalam rangka mendewasakan manusia. Cerita wayang bukan saja merupakan salah satu sumber pencarian nilai-nilai bagi kelangsungan hidup masyarakat, namun juga sebagai wahana atau alat pendidikan. Karena cerita wayang merupakan wahana atau alat pendidikan, wayang merupakan wahana bagi proses sosialisasi ataupun enkulturasi. Bahkan dengan proses sosialisasi, wayang mengemban fungsi edukatif mempersiapkan anggota masyarakat agar mampu memainkan peran-peran sosial sesuai dengan pilihan hidupnya, dengan jalan mengembangkan sikap mental, menanamkan nilai-nilai dan kemampuan mengendalikan diri, dan memberikan orientasi pemahaman. Dalam perwayangan Banyak lakon yang mengandung nilai etika atau moral, seperti lakon Dewa Ruci tentang keteguhan hati seseorang, lakon Bale Sigala-gala tentang kuasa Tuhan yang menyelamatkan hambanya yang teraniaya.
.

          Kehadiran wayang tidak dapat dipisahkan dalam komunikasi. Sebab, di samping isinya menggambarkan tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dalam rangka interaksi antar umat manusia, juga mengemban fungsi sebagai media komunikasi, yakni menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan, utamanya yang berhubungan dengan bidang etik. Cerita atau lakon dalam perwayangan Banyak lakon yang mengandung nilai etika atau moral, seperti lakon Dewa Ruci tentang keteguhan hati seseorang, lakon Bale Sigala-gala tentang kuasa Tuhan yang menyelamatkan hambanya yang teraniaya.

Dengan menikmati wayang, orang akan memperoleh nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya, di samping nilai-nilai etika atau budi pekerti dan nilai estetika yang tinggi. Wajarlah jika seni dan budaya wayang kulit dari Indonesia ini dinobatkan sebagai karya adi luhung lisan warisan kemanusiaan yang tak dapat dinilai ketinggiannya. Dalam ikut membangun peradaban modern seperti sekarang ini, kiranya nilai-nilai yang terkandung dalam wayang masih relevan untuk dikembangkan.
 

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar